Luas Longsor Gunung Anak Krakatau Mencapai 64 Hektare


DUNIABERITA SOSMED - BMKG telah manyatakan bahwa tsunami yang terjadi di Selat Sunda pada Sabtu (22/12) malam akibat dari aktivitas vulkanis Gunung Anak Krakatau.

Kepala dari BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan dari analisis pihaknya aktivitas vulkanik yang memicu kepundan atau lereng Gunung Kolaps atau terjadi longsor bawah laut yang menimbulkan getaran dengan kekuatan setera magnitudo 3,4.

"Dihitung dari citra satelit saat itu dipimpin bapak Deputi, Pak Ridwan, menghitung luas area kolaps itu mencapai 64 hektare. Dan, Volume batuan dari kolaps ini dalam waktu 24 menit kemudian menjadi tsunami di pantai," ucap Dwikorita dalam jumpa pers di Kantor BMKG, Kemayora, Jakarta Pusat, Senin (24/12).

Longsoran tersebut terjadi karena di lereng barat daya Gunung Anak Krakatau dan diperparah dengan derasnya gelombang laut akibat cuaca ekstrim.

Dwikorita menegaskan itu adalah analisa lanjutan yang sebelumnya sudah dijelaskan di jumpa pers pertama kemarin. Tsunami itu juga, terkonfirmasi dengan data yang didapatkan dari data tide gauge milik Badan Geospasial (BIG).

"Kami menginformasikan benar apa yang sebelumnya kami sampaikan, bahwa tsunami ini berkaitan dengan erupsi vulkanik," ucap Dwikorita.

Karena itu pihaknya belum bisa memantau perkembangan dini terjadinya gempa yang berpotensi tsunami di Selat Sunda. BMKG hanya bisa memantau gempa tektonik dan memberikan peringatan dini setidaknya paling lama lima menit setelah guncangan, apakah itu berpotensi tsunami atau tidak.

Untuk pencatatan dari aktivitas vulkanik, data itu berada di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMNG).

Dari pengonfirmasian tsunami yang terjadi itu berdasarkan hasil foto pantuan udara yang dilakukan TNI atas situasi di sekitar Gunung Anak Krakatau.

"Dalam beberapa hari kedepan, kami akan menghimbau, ini masih ada gelombang tinggi karena cuaca maritim... Di kawasan pantai agar tidak beraktivitas lebih dulu dalam beberapa hari kedepan, paling tidak sampai 26 Desember," ujarnya.

Sebelumnya tsunami Selat Sunda telah menghantam pesisir Banten dan Lampung pada Sabtu (22/12) malam lalu.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut jumlah korban tewas akibat tsunami Selat Sunda telah mencapai 281 orang. Sementara, 1.016 orang mengalami luka-luka dan 57 orang masih dinyatakan hilang.

"Data sementara yang berhasil dihimpun Posko BNPB hingga Senin (24/12/2018) pukul 07.00 WIB, tercatat 281 orang meninggal dunia, 1.016 orang luka-luka, 57 orang hilang dan 11.687 orang mengungsi. Kerusakan fisik meliputi 611 unit rumah rusak, 69 unit hotel-vila rusak, 60 warung-toko rusak, dan 420 perahu-kapal rusak," ungkap Kepal Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB SUtopo Purwo Nugroho, lewat keterangan tertulisnya, Senin (24/12).
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Popular Posts

Featured Post

10 Situs Judi Online Terpercaya dan Terbaik Indonesia

Situs Judi Online Di Indonesia Situs judi online sudah menjadi imago dan menjadi trend di seluruh dunia termasuk Indonesia. Banyak sek...

Arsip Blog

Pages