DUNIABERITA SOSMED - Studi dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) menyatakan kondisi iklim di Gurun Sahara telah berubah dari basah menjadi kering setiap 20 ribu tahun.
Peneliti MIT telah berhasil menemukan lebih banyak bukti tentang perubahaan iklim di Gurun Sahara dibandingkan penelitian sebelumnya. Tim peneliti memeriksa debu yang terkumpul dari pantai Afrika Barat selama 240 tahun terakhir.
Penelitian itu menunjukkan bahwa selama periode itu, iklim Sahara terus berubah antara basah dan kering setiap 20 ribu tahun.
"Hasil kami menunjukkan bahwa sejarah iklim Afrika Utara dominan dalam 20 tahun ini, bolak-balik antara Sahara hijau dan kering," ujar David McGee, profesor rekanan di Departemen Ilmu Bumi, Atmosfer, dan Planetarium MIT kepada MIT News.
Gurun Sahara terkenal dengan salah satu daerah terpanas, terkering dan paling terpencil di dunia. Wilayah itu mencakup sekitar 9,3 juta kilometer persegi di Afrika Utara.
Terbukti sebelumnya bahwa Gurun Sahara menujukkan tidak selalu mengalami kondisi panas dan kering yang ekstrem. Bukti dari penelitian itu termasuk bahan yang dikumpulkan dari fosil dan lukisan batu dari daerah tersebut.
VOA menulis bukti tersebut menunjukkan bahwa kadang-kadang Sahara bisa memiliki iklim yang sangat basah. Ini memungkinkan tumbuhan dan hewan tumbuh dan berkembang bahkan mengarah pada mungkin ditinggali manusia.
McGee mengatakan penelitian terbaru ini berharga dalam mempelajari sejarah Sahara karena berkaitan dengan pemukiman manusia.
"Masa seperti apa yang baik bagi manusia untuk tinggal di Gurun Sahara dan menyeberanginya untuk keluar dari Afrika, dibandingkan saat-saat yang tidak ramah seperti hari ini," lanjutnya.
Sementara itu, perubahan iklim Bumi sendiri didorong oleh perubahan poros Bumi ketika mengorbit Matahari. Pada gilirannya, rotasi mempengaruhi distribusi sinar Matahari di antara musim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar